Workshop Volunteer : Hoshizora Mengajak Relawan Mengasah Kepekaan dan Berani Berbuat Kebaikan

Yogyakarta, 26 Oktober 2017 – Semua orang memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk dapat menjadi seorang relawan. Maka diharapkan kita dapat mulai mengasah kepekaan diri terhadap lingkungan sekitar sebagai modal awal menjadi seorang relawan. Kepekaan yang terus diasah akan membantu kita menemukan banyak kesempatan untuk berbuat kebaikan. Hal ini mengemuka dalam workshop Orientasi Relawan kolaborasi antara Hoshizora Foundation dengan Sekolah Relawan yang dilaksanakan pada Sabtu, 21 Oktober 2017 di nDalem Pujokusuman, Keparakan, Yogyakarta. Acara ini dihadiri para relawan dari berbagai organisasi di antaranya Sahabat Bintang (Volunteer Hoshizora Foundation), Hamada Foundation Yogyakarta, Early Childhood Care and Development Resource Center (ECCD-RC), Earth Hour Yogyakarta, dan mahasiswa dari berbagai universitas.

Presiden dan co-founder Hoshizora Foundation, Reky Martha, membuka acara ini dengan mengungkapkan dukungan Hoshizora Foundation terhadap pengembangan diri setiap pihak yang menjalin hubungan dengan Hoshizora Foundation. Menurut Reky Martha, Hoshizora Foundation senantiasa memberikan pendampingan pengembangan diri bagi Adik Bintang. Selain itu, Sahabat Bintang yang menjadi salah satu mitra kunci juga turut mendapatkan pengembangan diri sebagai salah satu manfaat mengikuti kegiatan Hoshizora Foundation.

“Hoshizora Foundation sebagai sebuah yayasan pendidikan tidak hanya fokus pada pengembangan diri Adik-adik Bintang saja, namun kami ingin semua pihak yang berjalan bersama-sama membangun sebuah ekosistem pendidikan yang lebih baik juga turut bertumbuh dan berkembang, salah satunya adalah relawan. Kontribusi yang diberikan relawan layak mendapat apresiasi seperti pengembangan diri mengenai kerelawanan sehingga dapat menjadi bekal untuk kegiatan kerelawanan mereka di Hoshizora Foundation atau di tempat manapun.”, ungkap Reky Martha.

Sesi pertama workshop diisi oleh co-founder Sekolah Relawan, Roel Mustafa, yang berbagi informasi tentang betapa luasnya ruang berbagi di masyarakat jika kita memiliki kepekaan. Roel Mustafa sendiri adalah lelaki yang terkenal dengan julukan Lelaki Seribu Janda karena kegiatannya menyantuni janda-janda di Indonesia agar bisa mandiri secara finansial. Menurutnya, kebutuhan seorang relawan adalah ruang dan bukan uang. Ketika sebuah organisasi memberikan kesempatan pada relawan untuk mengembangkan dirinya, maka hal itu akan berdampak pada loyalitas. Roel mengajak rekan-rekan yang baru memulai membuat sebuah gerakan kebaikan untuk tetap konsisten sehingga akan membuat semakin banyak orang tergerak untuk bergabung. Salah satu konsep penting dalam bidang kerelawanan yang diungkapkan Roel Mustafa adalah tentang konsistensi.

“Orang akan melihat kamu konsisten apa tidak. Jika anda konsisten melakukan kegiatan, maka orang akan ikut semua. Sama ketika kita konsisten, lembaga-lembaga lain seperti misalnya pemerintah akan memuji kita, o iya konsisten, o iya dampaknya ada. Cukup pikirkan untuk konsisten melakukan hal tersebut.”, ungkap Roel.

Sesi kedua diisi oleh Executive Director Sekolah Relawan, Dony Aryanto. Dony, panggilan akrabnya, di awal sesi mengajak seluruh peserta untuk menuliskan masalah-masalah yang ada di Yogyakarta mulai dari aspek pendidikan, lingkungan, sosial, dan lain-lain ke dalam sticky notes. Aktivitas ini untuk menunjukkan bahwa modal awal dari relawan adalah tahu mengenai masalah yang ada di lingkungannya. Selanjutnya, Dony memaparkan bahwa menjadi seorang relawan pada hakikatnya adalah mengambil segala kesempatan untuk berbuat baik.

 

“Teman-teman harus peka, di sekeliling kita ada masalah apa.Ketika menemukan masalah, kita bisa menjadi relawan. Bagi saya relawan itu orang yang ingin melakukan sesuatu untuk kebaikan. Seorang relawan selalu berusaha untuk mengambil kesempatan kebaikan, sebelum kesempatan kebaikan itu diambil orang lain. Relawan bukan sekadar tulisan di jaket atau pakaian, namun relawan itu jiwa.”, tutup Dony.

Sebagai sesi penutup, presiden dan co-founder Hoshizora Foundation, Reky Martha mengisi sesi dengan sharing dan memfasilitasi peserta untuk menemukan makna di balik kegiatan kerelawanan yang diikuti. Peserta juga diajak untuk melakukan speed dating dengan berdiri berpasang-pasangan kemudian menceritakan alasan mengapa dirinya mengikuti kegiatan kerelawanan. Menurut Reky Martha, kegiatan tersebut dilandasi sebuah teori bahwa ketika niat untuk berbuat baik itu diutarakan kepada orang lain, maka akan ada semangat yang lebih untuk melakukan perbuatan baik tersebut. Di bagian penutup, Reky Martha mengajak peserta untuk menuliskan hal yang sangat ingin dipelajari oleh masing-masing dan mulai mencari peserta lain yang dapat membantu mempelajari hal tersebut. Harapannya melalui kegiatan ini peserta memperoleh jejaring baru guna membantu masing-masing mengembangkan dirinya.

One thought on “Workshop Volunteer : Hoshizora Mengajak Relawan Mengasah Kepekaan dan Berani Berbuat Kebaikan

  1. budi says:

    Saya berkeinginan kuat mengabdikan diri dalam pelayanan ini hati dan keinginan mengabdikan diri dari sisa hidup saya.
    Apakah saya bisa untuk ikut mengingat banyak saudara2 yg perlu perhatian khusus di daerah dampal utara sulawesi tengah. Yg mana tingkat pendidikannya sangat kurang memadai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *