Smile For My Mom

Cerita ini ditulis oleh salah satu adik bintang bernama Dewi Wahyuni. Dewi berbagi cerita perjuangannya sejak ia kecil hingga mampu meraih mimpi-mimpinya, menjadi atlet dan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta, meski dulu mimpi ini dianggap mustahil oleh orang-orang di sekitarnya. Di atas impiannya itu, hanya satu yang amat ia dambakan: senyum bangga yang terpancar dari raut ibundanya.

Selamat memetik makna dari kisah Dewi Wahyuni. 

***

Berawal dari keinginanku untuk terus melihat ibu tersenyum, semua kisah hidupku dimulai. Kehidupanku penuh warna karena berpondasikan senyum ibuku. Susah yang ada terasa ringan saja ketika aku teringat akan senyum bahagia ibuku. Raut muka sedih dan air mataku jarang terlihat di mata umum. Ya, inilah aku yang mencoba untuk tetap selalu kuat dan berusaha bermimpi lalu mewujudkannya. Namaku Dewi Wahyuni, lahir 19 tahun yang lalu pada tanggal 8 April 1995. Lulus dari TK Harapan Kita 13 tahun lalu, kemudian melanjutkan di SD N Jigudan, pada tahun 2007 masuk di SMP N 1 Pandak lalu melanjutkan ke sekolah kejuruan mengambil Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) di SMK N 1 Bantul. Sekarang ini aku baru menjalani impianku sejak aku duduk di bangku kelas 4 SD, yaitu menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY. Tahun 2013 aku berhasil lolos SNMPTN dan mendapat beasiswa  di UNY.

Sejak aku tahu dengan persis yang namanya kehidupan, aku punya hobi bermain. Seharian di luar rumah bersama teman-teman adalah hal menyenangkan, dan mengaji di surau pada malam hari adalah hal paling menenangkan. Sampai suatu hari aku mulai masuk di bangku sekolah pun semua itu masih menghiasi hidupku. Hanya saja saat itu aku mulai punya mimpi-mimpi yang ingin sekali aku capai. Aku ingin jadi juara kelas, aku ingin punya teman banyak, ingin jalan-jalan jauh, ingin bersekolah di tempat favorit, dan banyak lainnya, serta yang paling utama aku ingin dewasa dan menjadi seorang pahlawan bangsa. Satu per satu mimpiku menjadi nyata teman-teman. Sampai saat ini piala penghargaan berderet di almari, ijazah dari sekolah-sekolah favorit aku dapatkan, jalan-jalan ke kota-kota besar di Jawa bahkan ke luar Pulau Jawa sudah aku lakukan dan sahabat dari seluruh nusantara pun sudah aku miliki. Amazing!!! Semua mimpiku tercapai. Lalu kenapa masih banyak di antara kalian takut bermimpi? Padahal setiap mimpimu akan hadir satu per satu dan memanggil kebahagiaanmu beserta orang-orang di sekitarmu.

Aku lupa sejak kapan aku bermimpi untuk menjadi seorang pengajar. Tapi aku masih ingat dengan jelas ketika mimpiku ingin bersekolah di FIK UNY muncul. Dulu ketika aku masih kelas 4 SD, aku berkesempatan mewakili lomba olahraga usia dini se-provinsi DIY di stadion UNY. Sekitar setengah 6 aku mengayuh sepeda dari rumah menuju sekolahku. Ternyata di sana guruku olahraga sudah menunggu, kemudian dengan dibonceng sepeda motor kami berangkat menuju UNY. Entah kami datang terlalu pagi atau yang lain terlambat saya tidak tahu, tapi yang jelas ketika kami sampai di sana belum ada peserta yang datang. Akhirnya guruku mengajakku jala-jalan melihat susana kampus UNY dengan kelengkapan fasilitasnya sambil bercerita. Sejak saat itulah muncul keinginanku untuk sekolah di sana. Padahal waktu itu aku tidak tahu kampus UNY itu buat sekolah bidang apa. Hanya saja aku melihat guruku adalah seorang yang baik dan pandai, Bahasa Inggrisnya juga lumayan. Makannya aku tertarik untuk menjadi seperti beliau. Motivasi yang tumbuh dari impianku itu membuatku terus belajar untuk berprestasi. Aku bukan orang yang pandai dan bukan orang yang punya banyak waktu untuk belajar. Sejak aku bermimpi membuat bahagia ibuku dengan masuk UNY aku sibuk dengan latihan-latihan guna meningkatkan prestasi olahragaku. Tapi bukan berarti aku tertinggal oleh teman-temanku di kelas. Setidaknya aku selalu masuk peringkat 3 besar.

Hidupku memang menyenangkan teman-teman, tapi semua itu tak ku dapat dengan mudah.  Bukan mimpi besar bila kau dapatkan dengan mudah, tapi hanya peristiwa biasa yang orang banyak pun bisa melakukannya. Membangun semangat baja adalah modal utama untuk meraih mimpi yang telah kita buat sketsanya. Memiliki motivasi harga mati adalah penting agar kita tak mudah menyerah saat jatuh. Itulah modal utama yang selama ini aku gunakan untuk tetap tersenyum dan berdiri menghadapi semua yang menghalangiku. Sejak aku SD, sosok ayah telah meninggalkanku. Tidak mudah bagiku untuk menerimanya. Tapi bukankah ibuku akan lebih susah dariku karena harus mengurus dirinya dan juga kehidupanku. Sejak saat itulah aku memliki satu mimpi utama. Aku ingin selalu melihat senyum ibuku yang bangga terhadapku. Kemudian mimpi itulah yang mengantarkanku ke mimpi-mimpi yang lain.

Bagi orang yang kurang beruntung dalam hal keuangan keluarga sepertiku, meraih mimpi setinggi langit itu mendekati mustahil. Jangankan menjadi sarjana, baru ingin ke sekolah favorit saja sudah banyak orang yang mencela dan seakan merusak impian karena meragukan kemampuan kita. Tapi semua itu tidak sepenuhnya terjadi padaku. Aku tidak peduli dengan omongan orang-orang tentang keluargaku. Aku tidak peduli mereka menertawakanku dengan semua impianku. Aku yakin Tuhan memberiku kemampuan untuk melewati setiap jalan susah hidupku. Benar saja, Tuhan memberiku jalan untuk masalahku yang satu ini. Waktu itu, sore hari aku dijemput di rumah oleh pelatih pencak silatku. Aku diantar untuk mengikuti seleksi beasiswa Hoshizora yang pertama, sebuah forum yang isinya orang hebat semua. Pertama kali wawancara aku tidak tahu itu acara buat apa, mungkin karena aku masih kecil. Tapi itulah awal semangatku untuk terus maju. Kakak-kakak pengurus Hoshizora itu baik semua, hebat dan cerdas-cerdas. Selama beberapa forum banyak sekali ilmu yang aku dapatkan. Baik pengurus ataupun pesertanya memiliki keistimewaan yang sungguh luar biasa. Karena motivasi dari kakak-kakak Hoshizoralah aku terus membangun mimpi-mimpi yang membuat ibuku semakin bangga padaku. Selain motivasi, beasiswa yang aku dapatkan dari sana sangat membantu sekolahku. Tapi yang paling mengesankan dari Hoshizora adalah beragamnya adik bintang dengan semua prestasinya. Dengan begitu aku berkesempatan memliki sahabat yang hebat. Senang sekali rasanya, bukankah bersahabat dengan orang-orang hebat akan membuat kita menjadi orang hebat pula.

Ketika aku duduk di bangku SMK kelas 11, aku pernah merasakan betapa beruntungnya aku punya sahabat dari Hoshizora. Seperti anak SMK yang lain, aku juga merasakan yang namanya PKL, sebuah masa di mana siswa dilepas dari sekolah selama 2,5 bulan untuk melatih keahliaannya dalam praktek pada setiap jurusan masing-masing. Ini adalah masa terberat, sebab aku harus konsenntrasi dalam bekerja di tempat praktekku, tapi aku tidak boleh ketinggalan semua materi sekolah yang amat banyak. Belum lagi bertepatan selesainya masa PKL adalah masa Ujian Kenaikan Kelas. Tanpa dampingan guru kelas aku harus menguasai materi semua mapel. Pusing bukan, apalagi aku harus membagi waktu antara belajar, PKL, dan juga latihan olahraga yang tak mungkin aku tinggalkan. Nah untungnya aku punya sahabat dari Hoshizora. Ketika aku pusing memikirkan pekerjaan di tempat praktek dan tugas sekolah yang dibebankan, aku menghubungi salah satu teman yang juga adik bintang. Waktu itu aku menghubungi Ifa. Aku memilih Ifa karena dia anak IPA di SMA 1 Bantul. Tepatlah karena aku ingin minta diajari materi Kimia. Sebenarnya aku ragu apa dia mau membantuku, sebab aku hanya sekadar kenal saja sama dia. Tapi demi sekolahku, aku nekat saja, aku cari nomor telponnya, lalu menghubunginya. Rupanya Ifa bersedia membantuku, dia menyuruhku datang ke rumahnya. Sehari berikutnya aku mencari rumahnya dan setelah berputar-putar sampai juga di rumah Ifa. Temanku yang satu ini baik banget, ramah,dan tentunya pintar. Hari itu aku belajar bersama Ifa, mengejar beberapa materi kimia yang tertinggal. Ifa juga meminjamiku buku paket untuk belajar sendiri di rumah. Cukup sekali kami belajar bersama, namun itu sudah membuat pencerahan dalam pikiranku. Akhirnya tugasku selesai dan nilai ujianku juga bagus. Ini baru satu cerita kehebatan satu adik bintang bernama Ifa, masih lebih dari 500 orang hebat lagi di Hoshizora.

Hoshizora Forum yang dilakukan rutin setiap tahun adalah tempat di mana adik bintang, pengurus dan kakak bintang bertemu. Tak ada satu pun dari acara ini yang tidak hebat. Dari  acara yang seru, kebersamaan dan tentunya ada motivator yang membuat semangat untuk sukses meraih mimpi menjadi lebih kuat. Dari Hoshizora aku juga belajar untuk menjadi orang yang berguna bagi sesama. Suatu hari nanti setelah aku sukses meraih impianku dan berpenghasilan sendiri, aku ingin menjadi donatur di sana. Ini impian dan doaku agar makin banyak teman-teman yang terbantu dan bisa lebih baik lagi hidupnya.

Begitulah gambaran hidupku secara sederhana. Sebenarnya banyak hal-hal yang mengesankan dan bisa dijadikan pelajaran ketika aku melakukan perlombaan atletik di beberapa tempat seperti Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan dan lain-lain. Namun saat ini aku baru bisa menuliskan kisah ini. Semoga cerita ini bisa menambah semangat teman-teman untuk terus bermimpi dan berusaha tanpa menyerah dalam meraihnya. Aku doakan teman-teman yang membaca ini diberi kemudahan dan cepat dalam keberhasilannya. Aamiin.

Dewi Wahyuni

Dewi Wahyuni 3

Dewi Wahyuni bersama kakak bintangnya, Kak William Widjaja

Dewi Wahyuni

       Dewi Wahyuni saat mengikuti Lomba Lompat Tinggi dalam Kejurda DIY 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *