Hoshizora Foundation Beri Ruang Orang Tua Belajar Gizi Seimbang dari Maria Stephanie

Pada hari Minggu, 20 November 2022, ratusan orang tua anak-anak penerima beasiswa di Hoshizora Foundation atau disebut Wali Bintang hadir secara daring mengikuti workshop tentang gizi. Workshop berjudul Ngobrol Bareng Wali Bintang (GROWING) ini mengambil tema “Semua Orang Berhak Bergizi: Gizi Seimbang dari Pangan Lokal”. Secara khusus, Hoshizora Foundation mengundang Maria Steffani atau lebih akrab dipanggil Steffi, yaitu seorang konsultan pangan dari Yabbiekayu Whole Food Restaurant.

Ngobrol Bareng Wali Bintang atau disingkat GROWING adalah program peningkatan kapasitas yang dilaksanakan oleh Hoshizora Foundation untuk Wali Bintang (sebutan untuk orangtua/wali penerima beasiswa Hoshizora) setiap setahun sekali. Anak-anak penerima beasiswa atau disebut Adik Bintang mendapatkan bantuan pendidikan melalui Beasiswa Mimpi Anak Negeri. Ketika biaya pendidikan sudah terpenuhi melalui dana bantuan beasiswa, Hoshizora berharap orang tua bisa mengalokasikan pengeluaran yang awalnya untuk pendidikan bisa dialihkan untuk pemenuhan gizi anak. Maka dari itu, Hoshizora Foundation menginisiasi kelas gizi dan kesehatan melalui GROWING untuk mendukung tujuan tersebut. 

“Hoshizora Foundation percaya bahwa setiap anak adalah pribadi yang spesial. Maka dari itu, program GROWING dirancang agar Wali Bintang bisa menjadi support system yang kuat dalam mendukung Adik Bintang agar bisa menjadi versi terbaiknya masing-masing. Salah satunya dengan mendukung kebutuhan gizi seimbang mereka melalui pilihan isi piring. Tentunya, disesuaikan dengan kearifan pangan lokal yang ada disekitarnya.” ungkap Yudi Anwar, Direktur Eksekutif Hoshizora Foundation.

Dalam sesi workshop yang berlangsung selama 2 jam tersebut, Maria Steffani memberikan materi tentang pedoman gizi seimbang melalui konsep Isi Piringku yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Steffi menekankan bahwa isi piring dengan gizi seimbang dapat diperoleh dengan mengutamakan kearifan pangan lokal yang tersedia dan disesuaikan kondisi ekonomi. Selain itu, orang tua juga memperoleh edukasi tentang malnutrisi dan anemia. Dua permasalahan kesehatan yang sering diderita oleh anak-anak usia pertumbuhan. 

Banyak Wali Bintang yang berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah masih mempersepsikan bahwa makanan bergizi seimbang itu mahal atau membutuhkan biaya yang tinggi. Padahal, gizi seimbang dapat dijangkau dengan mudah melalui pangan lokal yang ada di sekitar. Selain itu, Hoshizora juga ingin memberikan pengertian bahwa tugas pengasuhan gizi bukan hanya tugas ibu saja, namun ayah juga penting untuk ikut berkontribusi.

Selain mendapatkan materi dari Steffi, Wali Bintang secara aktif diajak untuk saling berbagi tips dari kebiasaan isi piring yang dipenuhi melalui pangan yang ada di sekitarnya. “Di lahan kecil kami menanam sendiri beras atau berganti dengan kacang ijo dengan menggunakan pupuk organik. Di pekarangan rumah, kami pelihara ayam dan membuat kolam kecil untuk pelihara ikan gurame. Selain itu, ada pepaya yang tumbuh di dekat rumah untuk diambil daunnya, sedangkan sayur-sayuran lain harus beli sendiri. Sayangnya anak saya suka kurang sayur, maka untuk menyiasatinya saya akan bertanya ke anak terlebih dahulu ingin makan apa. Misal, anak minta sayur kuah maka dibuatkan sop atau jika ingin sayur orak-arik akan dibuatkan dengan mencampur wortel dan buncis.” cerita Ibu Kristiyani dari Kulonprogo.

“Banyak orang tua yang tidak mau belajar mencampur makanan (saat memasak). Namun, karena anak saya memiliki kondisi kesehatan khusus dan tidak semua makanan cocok, maka saya harus lebih kreatif. Contohnya, pempek saya campur dengan kacang merah atau nasi goreng saya campur dengan sayur-sayuran.” tambah Ibu Vera, salah satu Wali Bintang dari Bantul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *