Berawal dari Hobi Traveling, kini jadi Guru di Daerah Terpencil

Anambas, Pulau Eksotis di Pojok Nusantara

Kepulauan Anambas adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Lokasinya berada di antara Singapura dan Kepulauan Natuna di Laut China Selatan. Kabupaten ini memiliki daratan seluas 590,14 km2 dengan luas perairan mencapai 46,074 km2.

Anambas sendiri memiliki ratusan pulau, namun hanya 26 pulau yang dihuni. Keindahan keanekaragaman hayati dari pulau-pulau inilah yang menjadikan Kepulauan Anambas dinobatkan sebagai peringkat pertama pulau tropis terindah di Asia versi CNN pada 2012!

 

Dari Traveling Jadi Teaching

Di pulau yang eksotis ini, salah satu Koordinator Wilayah Hoshizora Foundation bertugas, namanya Ermelinda Tue, atau akrab disapa Bu Erlin. Beliau adalah salah satu pendidik yang tergabung dalam Guru Garis Depan (GGD). Bu Erlin memang suka mengajar sedari dulu. Sebelumnya, ia mengajar di SMA selama 4 tahun di tanah kelahirannya di NTT dan mengikuti program GGD.

Saat itu formasi GGD di NTT memang sudah ada, namun beliau memilih untuk mencari pengalaman di luar karena ia sangat menyukai traveling sedari dulu. Jiwa traveling Bu Erlin merasa tertuntaskan dengan tugasnya sebagai Pendidik di Anambas. Beliau memilih jauh-jauh merantau dari kampung halamannya di Indonesia bagian timur dan mengabdi di ujung barat Indonesia. Bu Erlin mengenal Hoshizora dari salah satu calon Koordinator Wilayah Anambas yang mengusulkan daerah tersebut. Saat ini, Bu Erlin mengajar di SDN 003 Air Sena di Kepulauan Anambas, dan tergabung dengan Hoshizora sejak 2019.

 

Suka Duka Mengajar di Daerah

Selama mengajar di daerah, tentu saja Bu Erlin mengalami banyak pengalaman, baik suka maupun duka. Saat awal Bu Erlin tinggal di Desa Air Sena, ia harus beradaptasi dengan perbedaan fasilitas yang dirasakan sebelumnya. Awal tinggal disana, listrik dan sinyal internet tidak semaju sekarang, beliau sempat kesulitan karena listrik yang sering padam sangat lama, bahkan pernah sinyal tidak didapatkan selama satu bulan hingga keluarga mengira beliau sudah hilang.

Semenjak 2019, listrik dan sinyal sudah lebih mudah didapatkan, dapat dikatakan kondisi saat ini sudah lebih maju dibanding saat awal kedatangannya. Di balik perjuangannya, Bu Erlin menemukan kebahagiannya di Anambas. Dia sangat menikmati kegiatannya mengajar para siswa SDN 003 Air Sena. Bu Erlin kerap mengajak para siswa untuk belajar sambil bereksperimen. Seperti foto di bawah ini, dimana para siswa membuat model tata surya.

 

Bu Erlin dan Adik Bintang di Anambas

Saat ini, ada 15 Adik Bintang dari jenjang SD sampai SMP yang dikelola oleh Bu Erlin. Lokasi kediaman Adik Bintang dan korwil cukup berdekatan, tidak ada Adik Bintang yang tinggal di luar Desa Air Sena, yang paling jauh tinggal dekat pelabuhan, itu pun masih terjangkau oleh Bu Erlin. Berdasarkan kabar dari Bu Erlin, ada dua Adik Bintang yang meraih prestasi peringkat 1 OSN IPA dan peringkat 2 OSN Matematika.

Tidak hanya itu, Bu Erlin juga mengabarkan bahwa para Wali Bintang sangat mendukung anak-anaknya untuk terus belajar. Selama Bu Erlin mengelola Adik Bintang, ada 1 Adik Bintang yang pindah sekolah ke luar daerah yakni ke Semarang dan masih tetap berkomunikasi dengan baik. Di bawah ini adalah Bu Erlin yang sedang mengajarkan alat musik kepada siswa-siswanya.

 

Tetap Belajar di Tengah Pandemi

Semenjak semester 2 tahun ajaran 2021/2022 siswa  SDN 003 Air Sena sudah mengikuti 100% Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Walaupun begitu, puskesmas setempat sempat memberikan sosialisasi tentang virus Covid-19 varian omicron yang sudah sampai di Batam sehingga timbul kekhawatiran akan terjadinya pandemi gelombang ke-3. Pemerintah setempat kemudian memberikan kebijakan untuk melaksanakan vaccine booster untuk guru dan siswa. Tentu saja, PTM dirasa menjadi jalan terbaik dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), karena terdapat beberapa mata pelajaran yang sulit digantikan oleh teknologi manapun, contohnya, pada pelajaran matematika yang sulit dipahami ketika sekolah daring. Selain itu, kebutuhan untuk bersosialisasi juga dibutuhkan oleh para siswa.

Sebelum PTM, Bu Erlin sempat mengalami berbagai kesulitan agar anak-anak tetap dapat belajar dengan baik. Berpeluh di bawah terik matahari untuk mengantar dan mengumpulkan tugas para siswa pernah dialami beliau agar siswa bisa tetap belajar. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang dilakukan secara daring membuat anak-anak sering bermain game dan lupa akan tugas sekolah. Oleh karena itu, Bu Erlin melakukan inisiatif dengan memanggil siswa satu per satu untuk memberikan feedback selama belajar di rumah. Hal tersebut beliau lakukan agar siswa bisa tetap belajar dengan fokus meski lingkungan di rumah kurang kondusif.

Kini dengan adanya PTM, kegiatan belajar mengajar kembali pulih secara perlahan, sense of learning siswa tumbuh kembali, intensitas screen time juga berkurang. Pada pekan ke-2, Februari 2022, les tambahan 2 Jam Pelajaran (JP) kembali dilaksanakan seperti biasa dari hari Senin hingga Rabu. Para siswa antusias dan bersemangat bahkan hingga meminta waktu lebih untuk belajar. Bagi Bu Erlin, membersamai siswa yang terus mau belajar sangatlah membahagiakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *